BERBAGI PENGALAMAN ADALAH AWAL KESUKSESAN BERSAMA......

Saat pemimpin tak lagi amanah....


Barusan terdengar berita mengenai wakil rakyat yang katanya sering menghambur-hamburkan uang rakyat hanya untuk kehidupan bermewah-mewahan yang sering mereka pertontonkan di depan rakyat mereka yang kelaparan dan terbelakang. Entah itu benar atau tidak, yang jelas menjadi pemimpin merupakan amanah yang tidak main-main yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Teringat pak uztad yang dulu pernah bercerita di kelompok pengajian yang menceritakan kisah-kisah sahabat Nabi Muhammad mengenai kepemimpinan. Ada kisah mengenai sahabat yang bernama Abdur Rahman Bin Auf yang pernah ditawarin untuk menjadi pemimpin umat selepas wafatnya nabi. Namun beliau menolak dengan mengatakan lebih baik memilih dikalungkan pedang di lehernya atau lebih baik sebilah pedang melekat di urat nadinya daripada menjadi pemimpin rakyat di kala itu. Cerita tersebut menggambarkan betapa takutnya, bahkan seorang sahabat nabi, akan sebuah tanggungjawab menjadi pemimpin. Sampai-sampai beliau memilih kematian dekat dengannya daripada menjadi pemimpin. Namun, lihatlah sekarang, banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi pejabat mulai dari presiden sampai kepala desa. Bahkan sampai menghabiskan seluruh kekayaannya demi menjadi seorang pajabat. Entah apakah mereka pernah berpikir sebelumnya mengenai tanggungjawab mereka nantinya jika mereka menjadi pejabat.
Ada lagi kisah Umar bin Khatab yang pernah memarahi istrinya yang menyalakan lampu minyak karena lampu tersebut merupakan fasilitas umat dan hanya digunakan apabila pertemuan atau rapat dengan umat. Namun sekarang banyak para pejabat yang benar-benar "memaksimalkan" jabatan mereka untuk memperkaya dan memfasilitasi diri mereka sendiri, tanpa memikirkan bahwa fasilitas tersebut berasal dari rakyat.
Kemudian yang paling hebat adalah kisah Umar bin Abdul Aziz yang konon tidak ada seorangpun rakyatnya yang mau menerima dan menolak zakat karena kemakmuran rakyatnya yang merata sehingga tidak ada seorangpun yang merasa kurang kala itu.
Namun, lain dulu lain sekarang.

0 komentar:

Posting Komentar